as clear as discrete cosine transform

PAU – 1

Setiap petang kami singgah ke gedung PAU dengan harapan ingin melihat secercah penampakan dari legenda tersebut. Orang-orang mengatakan mereka pernah melihat penampakan bayangan putih jatuh dari sekitar lantai ke enam. Ohya, mereka yang melihat ini IPnya tidak langsung 4 karena penampakan itu, namun mereka mengakui kalau IPnya naik.

Mungkin hanyalah placebo effect.

Suasana di sekitar gedung PAU pada jam ini memang beda. Karena sedikitnya orang, penerangan yang belum mulai hidup, dan angin yang cukup berhembus, sesekali buku kudukku berdiri karena tiupan angin yang tidak aku kira.

Aku tidak takut pada hantu, walaupun aku pernah beberapa kali melihatnya secara tidak langsung. Mungkin karena terlalu banyaknya kasus kesurupan massal di sekolahku sebelumnya, sehingga aku merasa terbiasa.

“Ah shii-, aku lupa casan ku di ruang sekre. Wan, lu ga kemana-mana kan? Tungguin gue ya, oke! Dadah!”

“Oi… OIIIIII!!!!! Hadeh tu anak….”

Dan seperti itulah aku ditinggal sendiri. Mengingat ruang sekretariat dia cukup jauh, aku sepertinya harus menunggu sejenak.

Aku mengambil kertas hasil ujianku sebelumnya untuk memetakan apa saja yang harus aku pelajari ulang.

Tiba-tiba angin kencang berhembus dan membuat satu lembaran terbang. Aku dengan sigap langsung menangkap kertas tersebut. Saat itu juga aku sedang menatap ke puncak gedung PAU dan melihat seseorang.

Seseorang?

Dia menggunakan baju putih dan rambutnya terlihat panjang?

Aku tidak bisa melihat dengan jelas karena itu sangat jauh di atas.

Tunggu… Mengapa aku bisa melihat orang dari sini? Mengapa dia ada di sisi dari atap.

..

.

Aku langsung bergegas masuk, ke lift, dan langsung ke lantai paling atas.

Perjalanan untuk sampai ke puncak gedung terasa seperti keabadian. Tapi tentunya lebih cepat daripada naik tangga yang ada.

Apa yang orang itu pikirkan? ITB memang susah, tapi jangan bundir, tolong!

Aku banyak bergumam seiring rasa panikku memuncak.

Aku hanya berharap aku sempat dan aku bisa memprovokasi dia.

TING

Lift telah sampai pada lantai atap, dan aku langsung bergegas keluar.

Begitu aku melihat ke sisi yang tadi aku lihat, tidak ada apa-apa.

Tidak ada apa-apa.

Apakah aku terlambat?

Aku melihat sekeliling, mengecek sekeliling, dan tidak mendapati apa-apa.

Aku bergegas turun ke bawah kembali dengan lift yang sama. Aku berharap ada orang yang menangkapnya di sana, walaupun itu tidak mungkin. Ketinggian tersebut akan membuat orang yang menangkapnya juga mati tertiban.

Saat aku sampai di bawah, aku tidak melihat ada apa-apa. Satpam yang ada juga melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.

“Pak, tadi lihat ada orang pakai pakaian putih polos atas sampai bawah, terus naik ke atas ga?”

“Ga ada dek”

Aneh.

Apa yang tadi aku lihat?

Aku masih tidak bisa memproses semua yang baru saja terjadi. Apakah aku tadi hanya berhalusinasi? Atau itulah legendanya? Tapi bukan seperti itu legenda yang diceritakan.

“Oi, Wan! Lu kemana aja?”

Aku dipanggil Hans di luar yang sudah menanti dari tadi.

“Eh Hans, pas kamu sampai disini ga ada apa-apa kan?”

“Ga ada apa-apa gimana?”

“Gataumen, gue tadi liat ada orang pake baju putih semua di puncak gedung terus di pinggir atap banget dah kayak mau lompat gitu”

“Bro, lu dah laper mungkin jadi kebawa halu. Dahlah, ga ada apa-apa juga hari ini, lesgo nasi uduk.”

“….o-oke…”

Aku tidak tau apakah aku memang hanya berhalusinasi, atau itu memang sesuatu yang legit. Aku tidak punya kapasitas berpikir yang mumpuni di waktu ini.

Mungkin saatnya untuk menyudahi dan mencari bahan bakar otak.

 

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *